menempuh keberhasilan hidup dengan tawaqal dan sabar

menempuh keberhasilan hidup dengan tawaqal dan sabar
menempuh keberhasilan hidup dengan tawaqal dan sabar

menempuh keberhasilan hidup dengan tawaqal dan sabar

keituber – seolah dalam persimpangan jalan yang mana sebuah keputusan tepat akan sangat menentukan kisah yang akan berlanjut untuk membuka perjalanan hidup di masa yang akan datang, namun sayang langkah sering terhenti dengan seribu alasan yang telah menanti dan tanpa kita sadari, nah disini kita akan amat sangat membutuhkan bekal dalam menempuh keberhasilan kita salah satunya iyalah dengan tawaqal dan sabar agar supaya mental kita tidak mudah goyah, seirama dengan sabda Nabi kita yang mulia telah mewanti-wanti akan besarnya ujian yang akan setia menanti untuk setiap anak adam.

Bacaan Lainnya

Rasulullah (saw) bersabda.

“Kami pasti akan memberikan cobaan kepadamu dengan ketakutan dan kelaparan dan uang dan jiwa dan buah-buahan. Dan ketika orang-orang yang tertindas menderita penderitaan, katakan: ‘Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.’” (Surat al-Baqara: 155-156)

Tempat dimana manusia melewati berbagai cobaan dan cobaan dari Allah SWT. Sebagai orang-orang yang beriman kepada-Nya, kita diperintahkan untuk tabah dan yakin dalam menghadapi cobaan ini setiap saat karena dengan kesabaran dan kepercayaan, semua cobaan dan cobaan dapat dilalui dengan baik dan membawa kebaikan dan berkah. Pada dasarnya, Allah memberikan cobaan dan ujian kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan golongannya. Cobaan dan kesengsaraan Tuhan berbeda untuk setiap orang.

Orang harus berani dalam menghadapi kesulitan, dan mereka harus mampu mengatasi tantangan yang mereka hadapi. Orang yang sabar mencerminkan nilai iman yang kuat. Kedudukan kesabaran dalam iman ibarat kepala di atas badan dan tanpa kesabaran tidak ada iman karena tanpa kesabaran kepala tidak akan berfungsi.

sedang tawaqal adalah pelengkap sejati bagi kebutuhan jiwa. Tawakal adalah pekerjaan sepenuh hati menyerahkan segala cobaan dan cobaan kepada kehendak-Nya. Hal ini erat kaitannya dengan kebahagiaan kita dengan menjadikan Allah sebagai penjaga hidup kita. Memiliki rasa percaya diri membuat lebih mudah untuk mengatasi masalah. Karena kita hanya mencari pertolongan dan penghiburan dari Allah SWT.

Ada sebuah cerita tentang nabi Ayub. Nabi Ayub adalah orang yang sangat kaya. Nabi Ayub memiliki ternak, budak, dan tanah. Nabi Ayub juga memiliki istri dan anak yang baik. Tetapi pada satu titik, atas kehendak Tuhan, gerombolan setan menghancurkan kekayaan Ayub. Satu per satu ternak mati, ladang dan kebun dihancurkan, dan rumah-rumah dibakar habis. Dalam waktu singkat, nabi Ayub yang kaya tiba-tiba menjadi miskin hanya dengan semangat yang sabar dan setia.

Sejak kematiannya, kekayaannya habis, ternaknya mati, dan dia digoda oleh anak-anaknya sampai dia terserang penyakit yang sangat parah. Seluruh tubuhnya dicukur, kecuali lidah yang digunakannya untuk berzikir. Beberapa hari kemudian, kerabat Nabi Ayub mulai meninggalkannya. Dia memiliki istri yang setia yang sejalan dengan nabi Ayub. Kondisi Ayub semakin memburuk. Meski begitu, Nabi Ayub dengan tegas menerimanya sebagai ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Imannya kepada Allah (SWT) tidak berkurang sedikit pun;

Nabi Ayub sangat sakit sehingga dia tidak bisa tidur. Untuk waktu yang lama, situasinya semakin buruk. Ia menderita penyakit ini selama 18 tahun. Ketika dia sakit, semua orang di sekitarnya menarik diri. Hanya istri nabi Ayub yang menyediakan untuknya. Tetapi iblis selalu mengilhami nabi Ayub, istri nabi Ayub. Iblis mengejek hati Ayub dengan kebencian. Suatu hari istri nabi Ayub mengatakan sesuatu yang akan menyakiti hati nabi Ayub. Nabi Ayub sedih. Dia bersumpah untuk memukuli istrinya 100 kali ketika dia sembuh. Saat kondisi Ayub memburuk, Allah menurunkan wahyu kepadanya: “Letakkan kakimu. Ini adalah air dingin untuk mandi dan minum.

Nabi Ayub telah menginjak-injak tanah sampai air surut. Air itu digunakan untuk mandi dan minum nabi Ayub. Tubuh nabi Ayub segera pulih. Selamat. Dia lebih sehat dan lebih kuat dari sebelumnya. Setelah istri nabi Ayub sembuh, dia kembali kepada suaminya, Nabi Ayub teringat akan sumpahnya. Namun, dia tidak berniat memukuli istrinya. Nabi Ayub bingung tentang sumpah itu, dan dia tidak bisa menepatinya. Akhirnya, perintah Tuhan datang kepada nabi Ayub untuk memenuhi sumpahnya. Diputuskan bahwa dia harus memukuli istrinya dengan 100 pisau.

Kisah Nabi Ayub diriwayatkan dalam Surat al-Sha’d, ayat 41-44 Al-Qur’an.

Ingatlah hamba kita ketika ia berseru kepada Tuhannya:

(Tuhan ada). “Injak kakimu; ini air dingin untuk mandi dan minum.”

Kami memberikannya kepada keluarganya. Dan Kami melipatgandakan jumlah mereka sebagai peringatan akan karunia Kami dan orang-orang yang diberi pemahaman.

Dan peganglah jerami di tanganmu, lalu pukullah dengan jerami itu, dan janganlah kamu melanggar sumpah. Kami menemukan pasien Ayub. Dia adalah pelayan terbaik. Pasti dia penurut.

Dari kisah nabi Ayub, kita belajar bahwa ada tiga macam godaan yang dihadapi manusia di dunia ini: kesulitan, kesenangan, dan kesalahan. Tantangan dapat disebabkan oleh kekurangan sumber daya, kelaparan, penyakit, dan bencana lainnya. Sedangkan ujian kebahagiaan bisa berupa harta yang banyak, istri yang cantik dan ruang pergaulan yang besar. Dari ketiga cobaan tersebut, soal tes merupakan yang paling sederhana karena tes tersebut tidak hanya untuk orang yang beriman tetapi juga untuk orang yang tidak beriman. Meskipun banyak orang tidak percaya kepada Allah (SWT), mereka telah lulus ujian. Namun, sangat sedikit orang mukmin dan orang kafir yang mampu melewati ujian kesesatan karena kurangnya petunjuk dari Allah (SWT). Akibatnya, mereka melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Tidak sedikit orang yang acuh dengan berbagai kenikmatan dunia yang membuat mereka lupa untuk taat kepada Allah SWT.

Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, ada banyak faktor yang harus diperhatikan oleh seorang mukmin. Pertama, yakinlah bahwa pertolongan Tuhan akan datang kepada kita atau mengharapkan yang terbaik. Setiap kali Anda mengalami kecelakaan kedua, ucapkan “Inna Lilahi Woina Ilihi Rajiun” segera. Poin selanjutnya adalah percaya kepada Allah. Tawakal adalah salah satu syarat yang dibutuhkan seseorang untuk mencari pertolongan Allah.

Ada hal-hal yang perlu diingat dalam hal kepercayaan. Pertama, jangan mengandalkan apapun selain Allah. Jika kita mengandalkan selain Allah di saat kesulitan, pertolongan Allah akan jauh dari kita. Kedua, jangan mencoba bersikap terlalu lunak terhadap diri sendiri. Menyelesaikan semua masalah dengan cara yang ringkas, bukan dengan cara yang terlarang. “Misalnya, ketika seorang istri dalam masalah dengan suaminya, dia menasehatinya untuk berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah. Kami akan tenang. Jadi jangan setengah hati dalam berserah diri kepada Allah.

Sebagai orang beriman, marilah kita bersabar dan bermurah hati. Hindari stres dan kecemasan yang berlebihan. Marilah kita kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui, karena kesabaran selalu membawa kepada kebahagiaan. Sabar bukanlah sikap yang harus kita miliki, tetapi tidak sulit untuk dicoba. Seringkali, ketika kita berada dalam situasi sulit, kita mengatakan bahwa kesabaran kita sudah habis. Namun, kesabaran tidak bertahan lama dan tidak ada batasnya. Sebagai orang percaya, kita selalu dengan sabar saling peduli dalam segala hal. Kebetulan, ada hikmah di balik semua yang kita amalkan, baik atau buruk. Selalu ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari hidup kita dan segala sesuatu yang datang dengan cara kita. Kita dapat memahami segalanya hanya jika kita mau belajar membuka mata dan membuka pikiran kita. Perpaduan antara kesabaran dan kepercayaan selalu ada dalam jiwa dan jiwa setiap orang. Kesederhanaan dan kesuksesan akan menjadi kesuksesan yang lebih baik, kami berharap kita semua adalah orang-orang yang sabar dan amanah.

—–

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *