Filosofi roda berputar, darimanakah asal mula pribahasa tersebut yuk simak
keituber.com-Hidup itu seperti mengendarai sepeda, kamu harus terus bergerak untuk menjaga keseimbanganmu” (Albert Einstein)
Roda yang berputar mengingatkan kita bahwa hidup berganti-ganti antara naik dan turun. Kadang bahagia, kadang sedih, sekarang kaya, besok miskin, yang penting bersyukur.
Hal itu mengingatkan saya pada sebuah kutipan yang dikenal sebagai penggila sepeda atau goweser. (Asal usul kata Gowes, kalau dicari di kamus bahasa Indonesia mungkin tidak ketemu, adalah nada yang dipopulerkan oleh Indra Bekti & Indri Barens. Gowes artinya pergi bersepeda atau naik sepeda. Dengan teman, atau dalam bahasa Inggris (Go West) berarti pergi ke barat.)
Hidup itu seperti mengayuh sepeda
Kutipan Gower awalnya berbunyi seperti yang dikatakan Einstein:
Hidup itu seperti mengayuh sepeda, kita harus terus mengayuh agar tetap seimbang
Hidup itu seperti mengayuh sepeda, teruslah bergerak agar tidak jatuh.
Sepeda umumnya memiliki 2 (dua) roda. Bagi yang baru belajar, ada tambahan roda kecil di sisi kanan dan/atau kiri roda belakang. Dengan mengendarai dan menjaga keseimbangan tubuh kita, maka sepeda yang kita kayuh akan bergerak maju. Jika keseimbangan terganggu atau sedikit terombang-ambing, kita jatuh.
Adapun kecepatannya, tergantung keinginan dan kemampuan. Apakah kita ingin berjalan pelan, santai, menikmati setiap kayuhan pedal yang kita gerakkan, atau kita ingin bergerak cepat, seperti berlomba untuk sampai ke garis finish secepat mungkin? Tubuh kita mengayuh dengan cepat dan terus-menerus melibatkan seluruh bagian tubuh kita dalam kondisi prima, terutama jantung dan paru-paru. Atau mengayuh pedal beberapa kali lalu berhenti dan bersantai di sadel, menikmati putaran roda yang terkendali.
Kalau mau gowes juga bisa pilih daerah. Jalan mulus atau berkerikil (off road) dalam kota. Pemandangan alam yang indah atau kota dengan gedung-gedung tinggi dan taman buatan. Jenis sepeda juga bisa disesuaikan dengan kantong dan lintasan yang sering kita naiki.
Ini adalah latihan sepeda atau Gaussian, seperti putihnya roda, putarannya, keseimbangannya, dan kehidupannya saling terkait. Roda merupakan bagian penting dari sebuah sepeda dan melahirkan kata-kata bijak tentang kehidupan.
Asal muasal penemuan roda
Roda merupakan penemuan manusia yang berperan penting dalam usaha manusia untuk mengangkut dan mengangkut. Dari sejarah perkembangannya, dahulu manusia harus mengangkut atau memikul sendiri bebannya, kemudian manusia menggunakan hewan. Beban dipindahkan ke hewan untuk dibawa atau ditarik. Jika ada alasan, maka dibuatlah suatu alat untuk memindahkan barang dengan mudah dengan menempatkan barang yang dapat diputar atau diputar. Belakangan, perbaikan dan peningkatan, serta pentingnya transportasi dan efisiensi transportasi, benda yang menggelinding disebut roda.
Roda dikenal pada 3500 SM. Area di wilayah Sumeria Mesopotamia di tempat yang sekarang disebut Irak. Selain itu, saat membangun piramida, orang Mesir menggunakan tiang kayu untuk memindahkan beban berat. Ribuan tahun kemudian roda dibuat dengan jeruji yang dibuat lebih praktis, kemudian jeruji dibuat dari tembaga atau besi dan ditambahkan lapisan pelindung dari karet yang disebut rubber. Di tahun Pada tahun 1895, ban pneumatik untuk mobil diperkenalkan oleh pengusaha Perancis André dan Edouard Michelin. Roda menjadi semakin nyaman untuk kendaraan bergulir, sepeda, sepeda motor, mobil, dan pesawat terbang.
Jika kita membuat suatu titik dan memperhatikan perputaran roda, maka titik itu akan bergerak dari atas ke bawah ke titik terendah, kemudian naik ke atas. Kembali lagi ke titik paling bawah, lalu ke titik paling atas dan seterusnya. Konsistensi berkendara.
Roda menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, perputarannya menginspirasi manusia tentang kehidupan. Orang Jawa menyebut profesi cakra roda pemintal. Kakra artinya piringan atau roda dan kata Gilingan berasal dari kata mill yang artinya berputar.
Dikatakan bahwa kehidupan manusia, seperti roda yang berputar, datang pada saat umat manusia berada pada puncaknya. Lain kali akan turun dan dalam posisi rendah, maka bisa naik kembali. Seperti kata Bang Azwar, kadang senang, kadang sedih, kaya sekarang bisa jadi miskin besok. Tapi yang di atas tetap di atas dan yang di bawah tetap di bawah. Roda tidak bergerak. Seorang raja akan selalu menjadi raja. Yang diunggulkan tetap diunggulkan.
Dalam praktek sehari-hari, roda yang melekat pada kendaraan merupakan bagian dari gerak manusia sebagai alat transportasi. Orang-orang saat ini berpacu dengan waktu agar kendaraan mereka dapat melaju dengan cepat dan nyaman. Sepeda, motor, mobil, pesawat terbang menjadi pilihan kendaraan yang menggunakan ban, yang mengantarkan orang ke tempat yang ingin dituju dengan cepat. untuk bekerja, keluarga atau rekreasi, termasuk olahraga.
Selain sebagai alat transportasi, sepeda menjadi salah satu pilihan yang dilakukan masyarakat untuk berolahraga. Pilihan olahraga bersepeda membantu masyarakat untuk memiliki daya tahan tubuh yang prima untuk menangkal penyakit yang saat ini sedang mematikan dunia.
Sepeda memiliki banyak nilai, antara lain melatih massa otot, menjaga kesehatan dan kebugaran, serta digunakan secara rekreasi untuk mengurangi stres. Bersepeda juga mudah, hanya dibutuhkan keseimbangan tubuh. Seorang pengendara hanya duduk di sadel, menjaga keseimbangan dan mengontrol putaran roda dan mengayuh.
Pelajaran yang bisa dipetik dari bersepeda ketika berhadapan dengan kehidupan adalah bahwa hidup itu seperti mengayuh sepeda, untuk menjaga keseimbangan kita harus tetap mengayuh.
Jadi kayuhlah sepedanya, jaga keseimbangan dan kita akan melewati hidup apapun medan yang kita hadapi. Selama roda terkendali, kita bisa hidup senyaman mengendarai sepeda.